Syahrul Aidi Dampingi Wakil Ketua MPR RI, Sosialisasi Empat Pilar di Pekanbaru
KANALSUMATERA.com - Pekanbaru - Wakil Ketua MPR RI, Dr. Hidayat Nurwahid berkeliling Indonesia menggelar sosialisasi empat pilar bernegara. Kali ini beliau menggelarnya di Kota Pekanbaru. Empat pilar itu adalah Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Kegiatan dilaksanakan pada Selasa (27/8/2024) di Hotel Royal Asnof Pekanbaru. Terlihat Dr. Hidayat Nurwahid didampingi oleh anggota DPR RI Dapil Riau, Dr. Syahrul Aidi Maazat. Turut hadir Ketua DPRD Pekanbaru Sabarudi, Ketua DPRD Bengkalis Khairul Umam, Ketua DPW PKS Riau beserta pengurus, Paslon Suwai Syamsuar-Mawardi Saleh, Calon Wakil Walikota Pekanbaru Markarius Anwar, ketua dan pengurus DPW PKS Bengkalis, tokoh masyarakat dan alim ulama se-Kota Pekanbaru.
Tema sosialisasi adalah 'Memperkokoh Kerukunan dan Kesatuan di Masyarakat'. Hal ini mengingat saat ini Indonesia menghadapi Pilkada Serentak.
Dr. Hidayay Nurwahid didampingi oleh Dr. Syahrul Aidi Maazat sebagai pembicara. Dimoderatori oleh alumni Lemhannas Tahidin
Baca: KPU Kampar Buka Pendaftaran Calon Bupati dan Wakil Bupati Kampar pada Pilkada Tahun 2024
Dr. Syahrul Aidi di awal penjelasannya menjelaskan saat ini dia juga menjabat anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) dan Parlemen Dunia. Sering bertemu dengan banyak anggota parlemen dari negara-negara lain.
"Dari pertemuan ini, para anggota parlemen negara lain menyatakan kekagumannya atas Indonesia. Mereka menyebut ternyata Indonesia adalah negara yang luar biasa. Bisa menyatu dengan segala perbedaan bahasa, wilayah, agama, suku, dan lainnya. Sangat berbeda dengan kawasan mereka yang terkadang satu bahasa, suku bahkan agama dan tidak berpulau-pulau." terang Syahrul Aidi.
Untuk itu, kata Syahrul Aidi, dia meminta agar pemerintah dan rakyat Indonesia patut menjadikan ini sebagai kelebihan untuk menjadikan Indonesia sebagai lebih maju ke depannya.
"Kalau kita yang beragam ini bisa bersatu, maka kita patut bersyukur dan harus berterimakasih kepada pendiri negara yang telah meletakkan pondasi yang kuat." kata Syahrul Aidi.
Baca: Kapus Puskesmas Sidomulyo RI Gelar Imunisasi PIN Polio di TK Annamiroh 2 Delima
Dia juga menyinggung kelebihan Indonesia yang meletakkan kesamaan dalam bernegara yang termaktub dalam pembukaan UUD NKRI.
"Maka kita harus kembali ke empat pilar. Meski pun ada riak, namun kalau bandingkan negara lain, maka Indonesia sudah bersatu. Bhinneka bukan berarti pecah belah." tutupnya.
Dr. Hidayat Nurwahid sebagai pembicara utama mengingat sejarah besarnya peran Raja Siak Sultan Syarif Kasim II di masa kemerdekaan. SSK II menyerahkan kekuasaan dan uang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sebesar 13 juta gulden untuk membangun NKRI.
Dia juga menyinggung dengan istilah jangan lupakan sejarah atau dengan singkatan "Jas Merah Yes. " Kalau ada Jas Merah, maka jangan lupa dengan Jas Hijau Yes. Apa itu Jas Hijau? Yaitu 'Jangan Hilangkan Jasa Ulama dan Umat'. Sangat besar peran ulama dan ummat atas keberadaan NKRI ini" kata Hidayat Nurwahid.
Baca: Desa Wisata Tanjung Belit Masuk 50 Besar ADWI 2024, Pokdarwisnya Berharap Infrastruktur Diperhatikan
Dia mengingatkan peran M Natsir, sebagai tokoh ulama Partai Masyumi (saat itu) yang menawarkan Mosi Integral di hadapan Parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada sidang tanggal 3 April 1950 di parlemen RIS. Dia menawarkan Mosi Integral agar negara ini menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Ide ini disambut baik oleh Wapres Bunga Hatta dan anggota parlemen, sehingga pada 17 Agustus 1950 Indonesia kembali jadi NKRI. Ini jadi tonggak dasar mengokohkan keberadaan NKRI hingga saat ini" Tegas Hidayat Nurwahid.
Dia juga menyinggung peran MPR menjaga UUD 1945. Dimana pasca reformasi begitu banyak UU yang diubah. Yang tak boleh adalah bentuk negara NKRI dan pembukaan UUD 1945.
"Dua hal ini jadi panduan bagaimana Indonesia di hadapan dunia internasional. Kita juga perlu ingat keikhlasan muslim untuk mengubah 7 kata dalam Piagam Jakarta agar kebhinekaan tetap terjaga." urai ulama terkemuka ini.